Wednesday, February 4, 2009

NAMUN DANIEL


Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. Daniel 1:8

 

Jika Daniel serius memeriksa fakta-faktanya, akan tampak seperti ini:

Fakta : ia jauh dari rumah, menghadapi pencobaan untuk melakukan hal-hal yang ia tahu salah

Fakta : Orangtuanya tidak akan pernah tahu apakah ia tunduk kepada pencobaan.

Fakta : Kebanyakan temannya berbuat dosa dan mendorongnya untuk bergabung dengan mereka.

Fakta : Raja yang paling berkuasa dibumi ingin dia melupakan keyakinannya dengan imbalah kekayaan serta kekuasaan. Itu akan menjadi perubahan yang baik dari statusnya yang sekarang sebagai seorang asing di negara yang tidak bersahabat.

 

Fakta-faktanya tampaknya mengindikasikan bahwa demi kepentingannya sendiri, Daniel sebaiknya melupakan imannya dan menganut iman baru yang asing itu. Lalu datanglah kata 'namun'. "Namun Daniel" membuat komitmen dalam hatinya untuk tidak mengkompromikan imannya kepada Allah, tak menjadi soal seberapa menggodapun situasinya dan tidak menjadi soal seberapapun harga yang harus dibayarnya karena ketaatannya kepada Allah.

 

patut direnungkan, bukan? yang lain kok boleh berbuat sesukanya...Ibu dan Ayah juga tidak akan pernah tahu...Ada imbalannya lagi, jika aku ikut arus..Namun...Aku telah membuat komitmen untuk tidak mengkompromikan agama Kristianiku, apapun yang diperbuat orang itu. Seberapapun harga yang harus kubayar, apapun yang mungkin dipikir atau dikatakan orang lain, apapun risikonya, aku akan tetap setia kepada Allah. Anda harus memutuskan apakah Anda akan setia kepada Allah terlepas dari bahkan apapun yang dilakukan teman-teman Anda. Allah akan memberkati kesetiaan Anda, sama seperti Ia memberkati Daniel karena kesetiaannya.

 

Regards

 

Laut Sinaga

No comments:

Post a Comment