Thursday, March 5, 2009

SAUDARA-SAUDARA YANG TERSANDUNG


Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku. 1 Korintus 8:13

Ada umat Kristiani yang lebih kuat dari yang lainnya. Janganlah menjadi frustasi dengan mereka yang imannya lebih lemah dari pada Anda. Mungkin mereka masih baru, atau mungkin mereka bergumul dengan berbagai pencobaan yang tidak menjadi pencobaan bagi Anda. Anda mungkin tergoda untuk menghakimi mereka, namun mereka tidaklah membutuhkan kritik Anda. Mereka membutuhkan dorongan Anda.

Di zaman Rasul Paulus, hewan dikorbankan kepada berhala di baik-bait duniawi. Setelah dipersembahkan kepada berhala, imam-imam bait itu menjual dagingnya dipasar setempat. Ada umat Kristiani yang suka membelinya untuk dimakan, sementara yang lain menolak berurusan dengan daging yang telah dikorbankan kepada berhala. Orang-orang yang tidak makan daging itu mengklaim bahwa seorang umat Kristiani yang benar-benar taat tidak akan pernah makan sesuatu yang telah dipersembahkan kepada allah-allah palsu. kontroversi menyangkut daging yang tidak bersih itu menyebabkan perpecahan di gereja zaman dulu

Paulus tidak memusingkan dari mana daging itu berasal. ia tahu bahwa para berhala itu hanyalah potongan kayu atau batu dan bukan allah sama sekali, dan ia menganggap daging itu tidak lebih dari barang murah. Namun ia tahu bahwa makan daging itu akan menjadi skandal bagi umat Kristiani yang tidak sependapat dengannya. Bisa saja ia berkata, "Itu sih urusan mereka", dan mengabaikan pandangan mereka, namun ia menganggap persatuan lebih penting dari pada apa yang benar atau salah, jadi ia memilih tidak makan daging itu. Walaupun hati nuraninya sendiri membebaskannya untuk makan daging, ia memilih untuk menahan diri agar tidak menyebabkan umat Kristiani lainnya tersinggung.

Perilaku Paulus itu merupakan teladan yang baik untuk kita ikuti. Adakah sesuatu yang Anda lakukan, yang membuat umat Kristiani lain keberatan? Apakah Anda menyebabkan sesama orang percaya tersandung dalam imannya? Apakah Anda cukup matang untuk merelakan sebagian kebebasan Anda demi hidup harmonis dengan sesama beriman?


Regards

Laut Sinaga

No comments:

Post a Comment